Senin, 02 Mei 2011

Keteladanan seorang guru

Posted by Perumahan asri 10.09, under | No comments

Semua pasti mengetahui bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Pada era sekarang kadang masih ada pertanyaan apakah kata itu masih berlaku? setelah diberbagai daerah terdengar kabar yang mencoreng nama besar seorang guru. Mulai kasus pencabulan sampai tindak kekerasan yang dilakukan seorang guru. Namun disisi lain ternyata masih banyak guru yang layak disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Justru hal tersebut di tunjukan oleh seorang guru yang masih belum terdaftar sebagai pegawai negeri. Ketulusannya mengajar ditengah cobaan yang semakin besar patut menjadi contoh bagi semua guru. Disebuah desa yang mungkin terlupakan oleh pemerintah sejak bertahun-tahun sekolah ini tidak pernah mendapatkan perbaikan. Hingga suatu saat bencana angin puting beliung melulantakan semuanya.Kejadian ini sudah cukup lama terjadi yaitu 09 Desember 2010 namun hingga sekarang tidak ada tindakan apapun dari pemerintah. Segalah usaha sudah dilakukan, sesaat setelah kejadian kepala sekolah langsung memberitahukan kepemerintah daerah maupun kedinas pendidikan namun semuanya nihil. Sebulan kemudian Bpk kepalah sekolah langsung mengajukan bantuan kepada pemerintah pusat dijakarta dan mendapatkan respon dengan peninjauan langsung. Sangat disayangkan beberapa minggu hingga sekarang tidak ada tindak lanjutnya.

Beberapa kerusakan yang derita dan 2 ruang kelas yang tidak dapat digunakan kembali karena sangat parah. Dua kelas itu tidak memiliki atap sehingga dikawatirkan langit-langit bisa saja sewaktu-waktu ambruk saat proses belajar berlangsung. Sebenarnya ruang yang rusak parah adalah kelas 4 dan 6. Dikarenakan kelas 6 akan ujian kelulusan sehingga kelas enam dipindah keruang kelas 2. Kelas 4 menempati ruangan disebuah sekolah TK didepan sekolah. Sedangkan kelas 2 belajar dilapangan. Sungguh tidak layak sekali mereka belajar dilapangan. Saat terik kepanasan dan saat hujan harus berhenti belajar. Gambar kerusakan antara lain:









 ini gambar ruang kantor sekaligus sebagai ruang guru dan koperasi sekolah.


Begitu menyedihkan keadaan sebuah sekolah yang sebenarnya digunakan untuk menuntut ilmu.  Bukan hanya ruangan yang rusak namun pagar sekolahpun ikut roboh dan pohon-pohon ikut tumbang. Saat ini untuk kelas yang masih bisa digunakan pun jika hujan masih bocor dimana-mana, sehingga saat sore atau malam hujan deras maka pagi hari anak-anak sebelum memulai pelajaran harus ngepel dulu. Bukan salah seorang guru memperbudak seorang murid tapi ini dilakukan karena keadaan. Jika seorang anak didik tidak diperbolehkan untuk mengerjakannya atau tidak mau lalu siapa lagi??..toh ini juga resiko dari keadaan sekolah yang memang sudah memprihatinkan. Peralatan sekolahpun harus ditutup dengan plastik agar tidak terkena air dan rusak.
Memang hal yang tidak disangka, ditengah kondisi ekonomi yang sulit dan kemajuan pendidikan yang pesat masih banyak keterpurukan pendidikan. Kondisi yang tidak memungkinkan proses belajar mengajar dilakukan dilapangan membuat seorang guru ini berinisiatif untuk mengajak anak-anak didiknya belajar diruang tamu rumahnya. Tanpa mengharapkan imbalan ruang tamunya disulap menjadi ruang kelas. Seperti tampak pada gambar, bukan gambar anak-anak sedang pesta atau bersenang-senang namun ini adalah potret anak-anak sekolah dasar belajar diruang tamu yang sempit. Tanpa meja ataupun kursi. Mereka duduk beralaskan karpet berwarnah biru yang dimiliki seorang guru dengan berdesakan. Memang sempit dan sangat tidak nyaman namun inilah kenyataannya. Kesediaan seorang guru duduk dilantai bersama muridnya saat mengajar merupakan hal yang patut dicontoh. Sang guru harus rela jongkok atau berdiri dengan kedua lutut saat menulis dipapan tulis karena papan tulis berada lebih rendah dari tinggi badannya. 

Demi mencerdaskan bangsa seorang guru tidak boleh kehilangan motivasi mengajar ditengah keterbatasan. Bayangkan saja saat anda jongkok atau berdiri dengan lutut beberapa saat pastinya sakit dan capek. Itulah yang dilakukan bu Thoifah, seorang guru sukwan yang belum terdaftar sebagai pegawai negara dan seorang mahasiswi IKIP BUDIUTOMO MALANG. Cita-cita dan hati nurani seorang gurulah yang membuat beliau ikhlas menjalaninya. Dengan gaji yang tidak seberapa dan merupakan keikhlasan dari pihak sekolah menyisihkan uang BOS, ketauladanan lah yang beliau berikan. Untuk Bu Ifa semoga cepat diangkat menjadi pegawai negeri ya..semangat terus dan jadilah guru teladan selamanya jasamu tak ternilai....amin

0 komentar: